Etika dan tanggung jawab sosial dalam berbisnis peternakan merupakan dua hal yang tak bisa dipisahkan. Kedua hal ini menjadi landasan utama bagi para pelaku usaha peternakan dalam menjalankan bisnisnya secara berkelanjutan dan bertanggung jawab.
Menurut Dr. Ir. Siti Astari, M.Si., seorang pakar peternakan dari Universitas Gadjah Mada, etika dalam berbisnis peternakan meliputi cara memperlakukan hewan ternak, lingkungan sekitar, serta masyarakat sekitar. “Etika berbisnis peternakan tidak hanya sebatas pada aspek ekonomi semata, namun juga melibatkan nilai-nilai moral dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar,” ujarnya.
Selain itu, tanggung jawab sosial juga menjadi hal yang penting dalam berbisnis peternakan. Menurut John Elkington, seorang pakar bisnis berkelanjutan, “Tanggung jawab sosial dalam bisnis peternakan melibatkan komitmen untuk memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar, seperti memberdayakan petani lokal, menyediakan lapangan kerja, dan menjaga kelestarian lingkungan.”
Dalam konteks bisnis peternakan di Indonesia, etika dan tanggung jawab sosial juga menjadi kunci dalam membangun reputasi yang baik di mata konsumen. Menurut data dari Asosiasi Peternakan Indonesia, konsumen semakin peduli dengan asal-usul produk hewani yang mereka konsumsi, termasuk dalam hal etika dan tanggung jawab sosial perusahaan peternakan.
Sebagai pelaku usaha peternakan, kita perlu memahami pentingnya menjalankan bisnis dengan penuh etika dan tanggung jawab sosial. Dengan melakukan hal ini, bukan hanya keberlangsungan bisnis yang terjamin, namun juga kontribusi positif terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar dapat terwujud. Sebagaimana yang dikatakan oleh Mahatma Gandhi, “Etika bisnis bukanlah sekadar perkara berdagang, namun juga bagaimana kita memperlakukan sesama manusia dan makhluk hidup lainnya.”